IMPLEMENTASI
MODEL PEMBELAJARAN TIPE NHT DENGAN
METODE
ARJUNA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
oleh
Bangbang Kusuma Jaya, Sang
Nyoman
Guru Kelas V SDN
7Gegelang Manggis Karangasem
NIP 19720929 199606 1
002
Email: Sbangbang09@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada
peningkatan aktivitas dan prestasi belajar
matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada
semester genap tahun pelajaran 2014/2015 melalui pengimplementasian model
pembelajaran tipe NHT (Numbered Head
Together) dengan Metode Arjuna. Penelitian ini dilakukan mengikuti prosedur
penelitian tindakan kelas dengan rancangan Kemmis dan Taggart. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap
tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 11 orang. Data aktivitas belajar dikumpulkan
dengan metode observasi dan data prestasi belajar siswa diumpulkan dengan
metode tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif.
Hasil pembelajaran melalui pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dengan Metode
Arjuna (Amati , Reaksi, Jurnal, Unjuk
kerja, Nutrisi, Aplikasi) menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan prestasi
belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada
semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Pada tahap prasiklus, kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan penugasan. Hasilnya, aktivitas
belajar siswa dalam kategori kurang aktif
(rata-rata 8,81) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 64,55
dan ketuntasan belajar klasikal 72,73%. Pada
tahap siklus I, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pengimplementasian model
pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna.
Hasilnya, aktivitas belajar siswa dalam kategori cukup aktif (rata-rata 11,09) dan prestasi belajar siswa yaitu
nilai rata-rata kelas 70,91 dan ketuntasan belajar klasikal 81,82%. Pada tahap siklus II, kegiatan pembelajaran
dilakukan lagi dengan pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT dengan
metode Arjuna. Hasilnya, aktivitas
belajar siswa masih dalam kategori cukup aktif
(rata-rata 12,81) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 75 dan
ketuntasan belajar klasikal 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna dalam pembelajaran
matematika bilangan pecahan, aktivitas dan prestasi belajar matematika bilangan
pecahan pada siswa V SD Negeri 7 Gegelang semester genap tahun pelajaran
2014/2015 ada peningkatan.
Kata Kunci: model pembelajaran tipe NHT, metode Arjuna, aktifitas belajar siswa, prestasi belajar siswa.
IMPLEMENTATION OF LEARNING
MODEL WITH TYPE NHT
Arjuna METHOD IN LEARNING
MATHEMATICS
ACTIVITIES TO IMPROVE
STUDENT LEARNING AND ACHIEVEMENT
by
Bangbang Kusuma Jaya, Sang
Nyoman
Teacher Class V SDN
7Gegelang Manggis, Karangasem
NIP 19720929 199606 1002
Email: Sbangbang09@gmail.com
ABSTRACT
This classroom action
research was conducted in order to determine whether or not there is an
increase in activity and learning achievement fractions in fifth grade students
of SD Negeri 7 Gegelang in the second semester of academic year 2014/2015
through the implementation of learning model NHT (Numbered Head Together)
Method Arjuna. This study was carried out following the procedure of action research
to design Kemmis and Taggart. The subjects were students of class V Elementary
School 7 Gegelang in the second semester of academic year 2014/2015 as many as
11 people. Learning activity data collected by observation and data diumpulkan
student achievement with test method. Data were analyzed with descriptive
quantitative method. Learning outcomes through the implementation of learning
model NHT (Numbered Head Together) Method Arjuna (Observe, Reaction, Journal,
Performance, Nutrition, Applications) showed an increase in activity and
learning achievement fractions in fifth grade students of SD Negeri 7 Gegelang
semester even the school year 2014/2015. Prasiklus on stage, learning
activities carried out by the method of lectures and assignments. As a result,
student learning activities in a less active categories (average 8.81) and
student achievement that is the average value of class 64.55 and 72.73%
classical learning completeness. At this stage of the first cycle, the learning
activities carried out by implementing the learning model NHT methods Arjuna.
As a result, the learning activities of students in the category of moderately
active (average 11.09) and student achievement that is the average value of
class 70.91 and 81.82% classical learning completeness. At this stage of the
second cycle, the learning activities carried out again by implementing the
learning model NHT methods Arjuna. As a result, the learning activities of
students are still in the category of moderately active (average 12.81) and student
achievement that is the average value of grade 75 and classical learning
completeness 100%. Based on these results it can be said that the
implementation of the learning model NHT with Arjuna method in mathematics
learning fractions, activity and learning achievement fractions on students V
Elementary School 7 Gegelang semester 2014/2015 school year there is an
increase.
Keywords: NHT learning
models, methods Arjuna, activities of student learning, student achievement.
Pendahuluan
Fungsi matematika SD adalah untuk mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran,
geopmetri, dan pengolahan data. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang
dapat berupa kalimat atau persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.
Oleh karena itu, perolehan
nilai matematika menjadi tolak ukur kualitas sekolah itu sendiri.
Kenyataannya,
pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa SD masih menjadi mata pelajaran
yang kurang diminati. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika dapat
dilihat dari kurang aktif siswa dalam
mengikuti pelajaran matematika (berdasarkan hasil observasi). Dampak nyata yang
dapat dilihat dari kurang aktifnya siswa dalam belajar matematika adalah
prestasi belajar matematika siswa cenderung berada di bawah standar ketuntasan
belajar minimal yang ditetapkan sekolah. Berdasarkan hasil observasi, prestasi
belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun
pelajaran 2014/2015 masih rendah karena nilai rata-rata 64,55 dan ketuntasan klasikal 72,73%. Padahal, KKM matematika yang ditetapkan pihak
sekolah adalah nilai rata-rata 65 dan ketuntasan klasikal 85%.
Masih rendahnya prestasi
belajar siswa dalam bidang matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah
satu faktornya adalah aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika
(Suryabrata (1995:250-254), Sudjana (2000:34-42), dan Purwanto (2000:106-107). Aktivitas
ini tentu ada kaitannya dengan implementasi
model dan metode pembelajaran guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
Woodworth dan Marquis (1962:58) mengemukakan bahwa
prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung
dengan tes. Bloom (1971:7) mengungkapkan, prestasi belajar merupakan hasil
perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan menurut Nasution (2001:439) prestasi belajar adalah penguasaan
seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata
pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan
guru.
Sehubungan dengan
rendahnya aktivitas siswa dan prestasi belajar dalam pembelajaran matematika,
peneliti tertarik untuk mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT(Numbered Head Together) dengan metode
Arjuna pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun
pelajaran 2014/2015. Dengan demikian, tujuan penelitian ada dua. (1) Untuk
mengetahui ada atau tidak ada peningkatan aktivitas belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas
V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. (2) Untuk
mengetahui ada atau tidak ada peningkatan prestasi belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas
V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
Manfaat penelitian
ini bagi guru dan calon guru yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan
strategi alternatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran matematika
sehingga ada peningkatan baik aktivitas belajar siswa maupun prestasi belajar
siswa. Selanjutnya, bagi pengelola sekolah (kepala sekolah dan wakil kepala
sekola), hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam pembinaan pada guru
terkait pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan metode Arjuna.
Menurut Kagan (dalam
Nurhadi, 2004: 66), langkah-langkah
model pembelajaran tipe NHT ada enam. (1) Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok diskusi. (2) Siswa diberikan nomor dada sehingga setiap siswa
memiliki nomor yang berbeda pada setiap kelompok diskusi. (3) Siswa menerima kuis
atau pertanyaan dari guru. (4) Siswa berpikir bersama (head together) untuk menjawab kuis/pertanyaan guru lalu
mendiskusikan. (5)Guru menunjuk siswa dengan menyebutkan nomor dada dan tiap
siswa yang memiliki nomor dada yang sama mengacungkan tangan untuk menjawab kuis/pertanyaan.
Selanjutnya, Krismanto
(2003: 56) mengemukakan bahwa langkah-langkah
model pembelajaran tipe NHT ada enam. (1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. (2) Guru
memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya. (3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya
dan mengetahui jawabannya. (4) Guru memanggil salah satu siswa dengan menyebutkan nomornya dan siswa tersebut melaporkan hasil kerja kelompoknya. (5) Guru meminta tanggapan
pada siswa dengan cara menyebutkan nomornya.
(6) Guru menyuruh siswa secara berkelompok menyimpulkan materi pembelajaran.
Berdasarkan kedua
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pengimplementasian
model pembelajaran tipe NHT adalah membagi siswa menjadi beberapa kelompok
diskusi, memberi nomor dada pada setiap siswa, menjelaskan materi pembelajaran, memberikan pertanyaan
berupa beberapa buah soal, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membahas bersama kelompoknya, memanggil
salah satu siswa dengan menyebutkan nomor dadanya untuk melaporkan dan kelompok
lain menanggapinya lalu dilanjutkan dengan menyimpulkan materi pembelajaran.
Kelebihan dan
kelemahan pembelajaran kooperatif tipe NHT
A. Kelebihan model pembelajaran kooperat tipe Numbered
Heads together:
1. Setiap siswa menjadi siap semua
2. Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa
yang kurang pandai
4.
Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
B. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads together:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil,
dipanggil lagi oleh guru
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil
oleh guru.
(
Sumber data http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-cooeratif-learning-tipe-nht/ Akses: 27 juni 2011).
Model pembelajaran dalam
pengimplementasiannya perlu juga dipadukan dengan metode pembelajaran.. Menurut
Nasution (2001: 40), metode berkaitan dengan keberhasilan proses belajar
mengajar yang hasilnya akan menentukan prestasi yang akan dicapai siswa. Oleh
karenanya, keberhasilan suatu metode pembelajaran banyak ditentukan oleh
kesungguhan dari guru dalam menerapkan suatu metode pembelajaran di kelas.
Berdasarkan pemahaman
peran metode pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa sebagaimana
tersebut di atas, peneliti mencoba memadukan model pembelajaran tipe NHT dengan
metode Arjuna dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan. Metode
pembelajaran yang peneliti tawarkan (cobakan) diberi nama metode Arjuna.
Maksudnya, ada kegiatan Amati, Reaksi, Jurnal, Unjuk kerja, Nutrisi, dan Aplikasi. Harapannya, seperti tokoh Arjuna dalam dunia pewayangan.
Arjuna menjadi rebutan para gadis untuk dimiliki, begitu juga matematika
menjadi mata pelajaran yang banyak diminati siswa.
Peneliti merancang
langkah-langkah pembelajaran dengan pengimplementasian model pembelajaran NHT
dengan metode Arjuna sebagai berikut. Kegiatan awal ada 5 langkah. Kegiatan
inti ada 6 langkah. Kegiatan penutup ada 4 langkah.
Ada lima langkah kegiatan
awal. (1) Siswa memberikan salam. (2) Siswa (ketua kelas) menyampaikan jumlah
temannya yang hadir. (3) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran dan cakupan
materi pembelajaran. (4) Siswa membentuk kelompok diskusi.(5) Siswa menerima
label nomor untuk dipasang pada dadanya.
Ada enam langkah
kegiatan inti. (1) Amati (A) yaitu siswa mengamati penjelasan guru tentang
langkah-langkah mengerjakan tugas. (2) Reaksi (R) yaitu siswa memberikan reaksi
terhadap penjelasan jika ada hal yang belum dipahami dengan cara bertanya. (3)
Jurnal (J) yaitu siswa mencatat langkah-langkah mengerjakan tugas. (4) Unjuk
kerja (U) yaitu setelah menerima LKS dan undian terkait dengan soal nomor
berapa yang menjadi tugas untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok, siswa
dengan kelompoknya mengerjakannya. (5) Nutrisi (N) yaitu siswa dapat bertanya
kembali pada guru tentang penerapan teori terkait dengan tugas yang dikerjakan,
tetapi belum dipahami. (6) Aplikasi (A) yaitu siswa bersama kelompoknya disuruh
melanjutkan mengerjakan tugas sesuai dengan penerapan teori yang telah didapat.
Ada empat langkah
kegiatan penutup. (1) Siswa bersama kelompoknya menyimpulkan materi
pembelajaran. (2) Siswa mendengarkan penjelasan guru yang sifatnya memberikan
penguatan. (3) Siswa mendengarkan informasi tentang materi pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya. (4) Siswa menyampaikan salam penutup.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan termasuk
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, sesuai rancangan penelitian tindakan Model Kemmis & Taggart (1988). Subyek penelitian yaitu siswa Kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015
yang berjumlah 11 orang. Objek penelitian adalah pengimplementasian model
pembelajaran tipe NHT dengan metode
Arjuna dalam proses pembelajaran.
Data penelitian ini dIkumpulkan dengan metode
observasi dan metode tes. Metode
observasi digunakan untuk pengumpulan data aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Metode tes digunakan untuk pengumpulan data prestasi belajar siswa.
Data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran didapat dengan instrumen Lembar Observasi berupa
skala bertingkat dengan 8 aspek yang diamati.
Pengisian lembar observasi disesuikan dengan skala kreteria aktivitas individu.
Skor 4 untuk aktivitas yang dilakukan dengan sangat baik. Skor 3 untuk
aktivitas yang dilakukan dengan baik.
Skor 2 untuk aktivitas yang dilakukan dengan cukup baik. Skor 1 untuk aktivitas yang dilakukan dengan kurang baik. Penentuan persentase aktivitas siswa ini digunakan
rumus sebagai berikut.
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari.
R = Skor mentah yang
diperoleh siswa.
SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap
(Purwanto, 2010 :102)
Kriteria penilaian aktivitas belajar
siswa sebagai berikut.
0% ≤ rata-rata ≤ 25% = aktivitas siswa kurang (kurang aktif)
25% < rata-rata ≤ 50% = aktivitas siswa cukup (cukup aktif)
50% < rata-rata ≤ 75% = aktivitas siswa baik (aktif)
75% < rata-rata ≤ 100% = aktivitas siswa sangat
baik (sangat aktif)
(Safari, 2005: 103)
Dari
kriteria penilaian aktivitas belajar tersebut, penentuan aktivitas belajar
siswa dapat disusun sebagai berikut.
Jika rata-rata skor seluruh siswa 0 – 8 berarti aktivitas
siswa kurang aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 9 – 16 berarti
aktivitas siswa cukup aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 17 – 24 berarti
aktivitas siswa aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 25 – 32 berarti
aktivitas siswa sangat aktif
Selanjutnya, data prestasi belajar didapat dengan instrumen berupa tes
obyektif/pilihan ganda yang berjumlah 10 soal lalu ditentukan nilai rata-rata
hasil tes dan ketuntasan belajar secara klasikal (KB)) dengan rumus sebagai
berikut:
Rumus
untuk nilai rata-rata hasil tes:
Keterangan :
= Nilai rata-rata kelas
= Jumlah nilai siswa
N = Banyaknya siswa
Rumus ketuntasan belajar klasikal dari hasil tes:
Keterangan :
KB = Ketuntasan belajar
T
= Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65.
Tt = Jumlah seluruh siswa
Indikator keberhasilan dalam penelitian kelas
ini yaitu aktivitas siswa dalam kategori cukup aktif, nilai rata-rata kelas 65,
dan ketuntasan belajar klasikal 85%.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada prasiklus, keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Siswa nomor absen 1
memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 2 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 3
memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 4 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 5
memperoleh skor 8. Siswa nomor absen 6 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 7
memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 8 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 9
memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 10
memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 11 memperoleh skor 8. Dengan demikian, keaktifan
siswa dalam mata pelajaran matematika masih
rendah yaitu rata-rata keaktifan siswa secara
klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika bilangan pecahan mencapai 8,81.
Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam kategori kurang aktif.
Berdasarkan data
hasil tes pada prasiklus, prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Tiga
siswa yang belum tuntas dan perlu mendapat remedi yaitu: siswa nomor absen 1
(nilai 45), siswa nomor absen 2 (nilai 55), dan siswa nomor absen 5 (nilai 45).
Delapan siswa yang tuntas sehingga tidak perlu remedi yaitu: siswa nomor absen
3 (nilai 65), siswa nomor absen 4 (nilai 75), siswa nomor absen 6 (nilai 70), siswa
nomor absen 7 (nilai 75), siswa nomor absen 8 (nilai 75), siswa nomor absen 9
(nilai 70), siswa nomor absen 10 (nilai 65), dan siswa nomor absen 11 (nilai 70). Dengan
demikian, nilai rata-rata kelas 64,55
dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 72,73%.
Setelah dilakukan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap prasiklus, aktivitas siswa
akan diupayakan untuk ditingkatkan dengan pemberian motivasi di sela-sela
pembelajaran. Pemberian motivasi belajar lebih diarahkan pada tiga orang yang
belum tuntas.
Pada siklus I,
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai
berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 16. Siswa nomor absen 2 memperoleh
skor 8. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 16. Siswa nomor absen 4 memperoleh
skor 9. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 6 memperoleh
skor 14. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 8 memperoleh
skor 12. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 8. Siswa
nomor absen 11 memperoleh skor 8. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata
pelajaran matematika masih rendah yaitu rata-rata
keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika
bilangan pecahan mencapai 11,09. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam
kategori cukup aktif.
Berdasarkan data
hasil tes pada siklus I, prestasi siswa dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Dua
siswa yang belum tuntas dan perlu mendapat remedi yaitu: siswa nomor absen 1
(nilai 60) dan siswa nomor absen 5 (nilai 60). Sembilan siswa yang tuntas
sehingga tidak perlu remedi yaitu: siswa nomor absen 2 (nilai 65), siswa nomor
absen 3 (nilai 70), siswa nomor absen 4 (nilai 70), siswa nomor absen 6 (nilai
75), siswa nomor absen 7 (nilai 75), siswa nomor absen 8 (nilai 80), siswa
nomor absen 9 (nilai 75), siswa nomor absen 10 (nilai 75), dan siswa nomor absen 11 (nilai 75). Dengan demikian,
nilai rata-rata kelas 70,91 dan
ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai
81,82%.
Setelah dilakukan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap siklus I, aktivitas siswa
akan terus diupayakan untuk ditingkatkan dengan pemberian motivasi di sela-sela
pembelajaran. Pemberian motivasi belajar lebih diarahkan pada dua orang yang
belum tuntas. Prestasi belajar siswa juga akan terus diupayakan untuk
ditingkatkan.
Pada siklus II,
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai
berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 17. Siswa nomor absen 2 memperoleh
skor 11. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 17. Siswa nomor absen 4 memperoleh
skor 9. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 6 memperoleh
skor 15. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 8 memperoleh
skor 12. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 14. Siswa
nomor absen 11 memperoleh skor 11. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata
pelajaran matematika masih rendah yaitu rata-rata
keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika
bilangan pecahan mencapai 12,89. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam
kategori cukup aktif.
Berdasarkan data
hasil tes pada siklus II, prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Semua
siswa tuntas sehingga tidak perlu mendapat remedi. Siswa nomor absen 1 (nilai
75). Siswa nomor absen 2 (nilai 75). Siswa nomor absen 3 (nilai 75). Siswa
nomor absen 4 (nilai 75). Siswa nomor absen 5 (nilai 65). Siswa nomor absen 6
(nilai 75). Siswa nomor absen 7 (nilai 80). Siswa nomor absen 8 (nilai 80). Siswa
nomor absen 9 (nilai 75). Siswa nomor absen 10 (nilai 75). Siswa nomor absen 11
(nilai 75). Dengan demikian, nilai rata-rata kelas 75 dan ketuntasan belajar klasikal telah mencapai 100%.
Setelah dilakukan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap siklus II, ternyata aktivitas
siswa dapat ditingkatkan, tetapi belum optimal karena masih dalam kategori cukup aktif. Walaupun demikian, prestasi
belajar dapat diupayakan untuk ditingkatkan.
Data hasil penelitian
terkait dengan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa jika
dikomparasikan antara tahap prasiklus dan siklus I lalu antara siklus I dan
siklus II, tampak ada peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa belum
optimal karena pada tahap prasiklus dalam kategori kurang aktif sedangkan pada
tahap siklus I dan siklus II masih dalam kategori cukup aktif. Akan tetapi, peningkatan prestasi belajar siswa dapat
dioptimalkan karena peningkatan prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan.
Buktinya, pada tahap prasiklus, nilai rata-rata kelas 64,55 dan ketuntasan belajar klasikal 72,73%. Pada
tahap siklus I, nilai rata-rata kelas 70,91
dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 81,82%. Pada tahap siklus II, nilai rata-rata
kelas 75 dan ketuntasan belajar klasikal
telah mencapai 100%.
Dengan adanya
peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa, pelaksanaan
penelitian tindakan kelas telah berhasil karena melampaui indikator
keberhasilan dalam penelitian. Indikator keberhasilan dalam penelitian kelas ini
yaitu aktivitas siswa dalam kategori cukup aktif, nilai rata-rata kelas 65, dan
ketuntasan belajar klasikal 85%.
Kondisi yang
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar
siswa tentu disebabkan karena pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan
Metode Arjuna dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan. Terjadinya
peningkatan ini sesuai dengan pernyataan Sofyatiningrum (2001: 342) yaitu salah
satu factor eksternal yang memengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor
sekolah, yang mencakup metode pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru.
Selanjutnya, Nasution (2001: 39) menambahkan bahwa salah satu faktor internal
yang menentukan peningkatan prestasi belajar adalah sikap siswa terhadap
kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Dalam hal ini, sikap siswa mengacu pada
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengimplementasian model
pembelajaran NHT dengan metode Arjuna
ternyata dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas
V SD Negeri 7 Gegelang semester genap
tahun pelajaran 2014/2015.
Penutup
Berdasarkan hasil tindakan dan
pembahasan yang dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian model pembelajaran
tipe NHT dengan Metode Arjuna dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
matematika pada siswa kelas
V SD Negeri 7 Gegelang semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Buktinya pada tahap prasiklus ,nilai rata-rata kelas
64,55 dan ketuntasan klasikal 72,73%.
Pada Siklus I, nilai rata-rata kelas
70,91 dan ketuntasan klasikal 81,82%. Pada Siklus II, nilai rata-rata kelas 75
dengan ketuntasan klasikal 100%
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat
disampaikan ada dua. (1) Guru perlu mencoba
mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna
sebagai strategi alternatif dalam
pembelajaran matematika bilangan pecahan. (2) Pengelola sekolah (kepala sekolah dan para wakil kepala
sekolah) perlu memberikan dukungan jika
ada guru mencoba mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT dengan metode
Arjuna sebagai kepedulian guru mewujudkan program sekolah terkait dengan
program pembinaan guru.
Daftar Pustaka
Bloom
B.S, etc. 1971. Handbook on Formative and
Sumative Evaluation of Student Learning.New York : McGraw-Hill Book Co
Kemmis,
W.C & Taggart, R.M. 1988.The Action
Research Planner.GeelongVictoria: DeakinUniversity Press.
Krismanto.
2003. Beberapa Tehnik Model dan strategi Dalam Pembelajaran Matematika PPPG Matematika Yogyakarta.
Nasution, Farid. 2001. Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar
dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Ilmu
Pendidikan. Jilid 8. Nomor 8
Nurhadi.
2004. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapan Dalam KBK ,Penerbit
Universitas Negeri Malang
Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya
Purwanto, Ngalim. 2010. Evaluasi Hasil Belajar
,Yogyakarta ,Penerbit Pustaka Pelajar
Safari. 2005. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian
Berbasis Kompetensi .Jakarta : APSI Pusat.
Sofyatiningrum, Etty. 2001. Pengaruh Umpan Balik Guru Terhadap Siswa dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar di SLTP Muhammaddiyah 22 Pamulang (Studi Kasus). Jurnal Ilmu
Pendidikan No. 030. Tahun ke-7
Sudjana. 2000. Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Sudjana,Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar.Bandung Remaja :
Rosdakarya
Suryabrata, S. 1995. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindi Persada.
Woodworth,
R.S & Marquis, D.G. 1962.psychologi. New
York : Rinehart and Winston
http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-cooeratif-learning-tipe-nht/ Akses: 27 juni 2011).
IMPLEMENTASI
MODEL PEMBELAJARAN TIPE NHT DENGAN
METODE
ARJUNA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
oleh
Bangbang Kusuma Jaya, Sang
Nyoman
Guru Kelas V SDN
7Gegelang Manggis Karangasem
NIP 19720929 199606 1
002
Email: Sbangbang09@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada
peningkatan aktivitas dan prestasi belajar
matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada
semester genap tahun pelajaran 2014/2015 melalui pengimplementasian model
pembelajaran tipe NHT (Numbered Head
Together) dengan Metode Arjuna. Penelitian ini dilakukan mengikuti prosedur
penelitian tindakan kelas dengan rancangan Kemmis dan Taggart. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap
tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 11 orang. Data aktivitas belajar dikumpulkan
dengan metode observasi dan data prestasi belajar siswa diumpulkan dengan
metode tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif.
Hasil pembelajaran melalui pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dengan Metode
Arjuna (Amati , Reaksi, Jurnal, Unjuk
kerja, Nutrisi, Aplikasi) menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan prestasi
belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada
semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Pada tahap prasiklus, kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan penugasan. Hasilnya, aktivitas
belajar siswa dalam kategori kurang aktif
(rata-rata 8,81) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 64,55
dan ketuntasan belajar klasikal 72,73%. Pada
tahap siklus I, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pengimplementasian model
pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna.
Hasilnya, aktivitas belajar siswa dalam kategori cukup aktif (rata-rata 11,09) dan prestasi belajar siswa yaitu
nilai rata-rata kelas 70,91 dan ketuntasan belajar klasikal 81,82%. Pada tahap siklus II, kegiatan pembelajaran
dilakukan lagi dengan pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT dengan
metode Arjuna. Hasilnya, aktivitas
belajar siswa masih dalam kategori cukup aktif
(rata-rata 12,81) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 75 dan
ketuntasan belajar klasikal 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna dalam pembelajaran
matematika bilangan pecahan, aktivitas dan prestasi belajar matematika bilangan
pecahan pada siswa V SD Negeri 7 Gegelang semester genap tahun pelajaran
2014/2015 ada peningkatan.
Kata Kunci: model pembelajaran tipe NHT, metode Arjuna, aktifitas belajar siswa, prestasi belajar siswa.
IMPLEMENTATION OF LEARNING
MODEL WITH TYPE NHT
Arjuna METHOD IN LEARNING
MATHEMATICS
ACTIVITIES TO IMPROVE
STUDENT LEARNING AND ACHIEVEMENT
by
Bangbang Kusuma Jaya, Sang
Nyoman
Teacher Class V SDN
7Gegelang Manggis, Karangasem
NIP 19720929 199606 1002
Email: Sbangbang09@gmail.com
ABSTRACT
This classroom action
research was conducted in order to determine whether or not there is an
increase in activity and learning achievement fractions in fifth grade students
of SD Negeri 7 Gegelang in the second semester of academic year 2014/2015
through the implementation of learning model NHT (Numbered Head Together)
Method Arjuna. This study was carried out following the procedure of action research
to design Kemmis and Taggart. The subjects were students of class V Elementary
School 7 Gegelang in the second semester of academic year 2014/2015 as many as
11 people. Learning activity data collected by observation and data diumpulkan
student achievement with test method. Data were analyzed with descriptive
quantitative method. Learning outcomes through the implementation of learning
model NHT (Numbered Head Together) Method Arjuna (Observe, Reaction, Journal,
Performance, Nutrition, Applications) showed an increase in activity and
learning achievement fractions in fifth grade students of SD Negeri 7 Gegelang
semester even the school year 2014/2015. Prasiklus on stage, learning
activities carried out by the method of lectures and assignments. As a result,
student learning activities in a less active categories (average 8.81) and
student achievement that is the average value of class 64.55 and 72.73%
classical learning completeness. At this stage of the first cycle, the learning
activities carried out by implementing the learning model NHT methods Arjuna.
As a result, the learning activities of students in the category of moderately
active (average 11.09) and student achievement that is the average value of
class 70.91 and 81.82% classical learning completeness. At this stage of the
second cycle, the learning activities carried out again by implementing the
learning model NHT methods Arjuna. As a result, the learning activities of
students are still in the category of moderately active (average 12.81) and student
achievement that is the average value of grade 75 and classical learning
completeness 100%. Based on these results it can be said that the
implementation of the learning model NHT with Arjuna method in mathematics
learning fractions, activity and learning achievement fractions on students V
Elementary School 7 Gegelang semester 2014/2015 school year there is an
increase.
Keywords: NHT learning
models, methods Arjuna, activities of student learning, student achievement.
Pendahuluan
Fungsi matematika SD adalah untuk mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran,
geopmetri, dan pengolahan data. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang
dapat berupa kalimat atau persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.
Oleh karena itu, perolehan
nilai matematika menjadi tolak ukur kualitas sekolah itu sendiri.
Kenyataannya,
pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa SD masih menjadi mata pelajaran
yang kurang diminati. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika dapat
dilihat dari kurang aktif siswa dalam
mengikuti pelajaran matematika (berdasarkan hasil observasi). Dampak nyata yang
dapat dilihat dari kurang aktifnya siswa dalam belajar matematika adalah
prestasi belajar matematika siswa cenderung berada di bawah standar ketuntasan
belajar minimal yang ditetapkan sekolah. Berdasarkan hasil observasi, prestasi
belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun
pelajaran 2014/2015 masih rendah karena nilai rata-rata 64,55 dan ketuntasan klasikal 72,73%. Padahal, KKM matematika yang ditetapkan pihak
sekolah adalah nilai rata-rata 65 dan ketuntasan klasikal 85%.
Masih rendahnya prestasi
belajar siswa dalam bidang matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah
satu faktornya adalah aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika
(Suryabrata (1995:250-254), Sudjana (2000:34-42), dan Purwanto (2000:106-107). Aktivitas
ini tentu ada kaitannya dengan implementasi
model dan metode pembelajaran guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
Woodworth dan Marquis (1962:58) mengemukakan bahwa
prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung
dengan tes. Bloom (1971:7) mengungkapkan, prestasi belajar merupakan hasil
perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan menurut Nasution (2001:439) prestasi belajar adalah penguasaan
seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata
pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan
guru.
Sehubungan dengan
rendahnya aktivitas siswa dan prestasi belajar dalam pembelajaran matematika,
peneliti tertarik untuk mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT(Numbered Head Together) dengan metode
Arjuna pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun
pelajaran 2014/2015. Dengan demikian, tujuan penelitian ada dua. (1) Untuk
mengetahui ada atau tidak ada peningkatan aktivitas belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas
V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. (2) Untuk
mengetahui ada atau tidak ada peningkatan prestasi belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas
V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
Manfaat penelitian
ini bagi guru dan calon guru yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan
strategi alternatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran matematika
sehingga ada peningkatan baik aktivitas belajar siswa maupun prestasi belajar
siswa. Selanjutnya, bagi pengelola sekolah (kepala sekolah dan wakil kepala
sekola), hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam pembinaan pada guru
terkait pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan metode Arjuna.
Menurut Kagan (dalam
Nurhadi, 2004: 66), langkah-langkah
model pembelajaran tipe NHT ada enam. (1) Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok diskusi. (2) Siswa diberikan nomor dada sehingga setiap siswa
memiliki nomor yang berbeda pada setiap kelompok diskusi. (3) Siswa menerima kuis
atau pertanyaan dari guru. (4) Siswa berpikir bersama (head together) untuk menjawab kuis/pertanyaan guru lalu
mendiskusikan. (5)Guru menunjuk siswa dengan menyebutkan nomor dada dan tiap
siswa yang memiliki nomor dada yang sama mengacungkan tangan untuk menjawab kuis/pertanyaan.
Selanjutnya, Krismanto
(2003: 56) mengemukakan bahwa langkah-langkah
model pembelajaran tipe NHT ada enam. (1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. (2) Guru
memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya. (3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya
dan mengetahui jawabannya. (4) Guru memanggil salah satu siswa dengan menyebutkan nomornya dan siswa tersebut melaporkan hasil kerja kelompoknya. (5) Guru meminta tanggapan
pada siswa dengan cara menyebutkan nomornya.
(6) Guru menyuruh siswa secara berkelompok menyimpulkan materi pembelajaran.
Berdasarkan kedua
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pengimplementasian
model pembelajaran tipe NHT adalah membagi siswa menjadi beberapa kelompok
diskusi, memberi nomor dada pada setiap siswa, menjelaskan materi pembelajaran, memberikan pertanyaan
berupa beberapa buah soal, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membahas bersama kelompoknya, memanggil
salah satu siswa dengan menyebutkan nomor dadanya untuk melaporkan dan kelompok
lain menanggapinya lalu dilanjutkan dengan menyimpulkan materi pembelajaran.
Kelebihan dan
kelemahan pembelajaran kooperatif tipe NHT
A. Kelebihan model pembelajaran kooperat tipe Numbered
Heads together:
1. Setiap siswa menjadi siap semua
2. Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa
yang kurang pandai
4.
Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
B. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads together:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil,
dipanggil lagi oleh guru
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil
oleh guru.
(
Sumber data http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-cooeratif-learning-tipe-nht/ Akses: 27 juni 2011).
Model pembelajaran dalam
pengimplementasiannya perlu juga dipadukan dengan metode pembelajaran.. Menurut
Nasution (2001: 40), metode berkaitan dengan keberhasilan proses belajar
mengajar yang hasilnya akan menentukan prestasi yang akan dicapai siswa. Oleh
karenanya, keberhasilan suatu metode pembelajaran banyak ditentukan oleh
kesungguhan dari guru dalam menerapkan suatu metode pembelajaran di kelas.
Berdasarkan pemahaman
peran metode pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa sebagaimana
tersebut di atas, peneliti mencoba memadukan model pembelajaran tipe NHT dengan
metode Arjuna dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan. Metode
pembelajaran yang peneliti tawarkan (cobakan) diberi nama metode Arjuna.
Maksudnya, ada kegiatan Amati, Reaksi, Jurnal, Unjuk kerja, Nutrisi, dan Aplikasi. Harapannya, seperti tokoh Arjuna dalam dunia pewayangan.
Arjuna menjadi rebutan para gadis untuk dimiliki, begitu juga matematika
menjadi mata pelajaran yang banyak diminati siswa.
Peneliti merancang
langkah-langkah pembelajaran dengan pengimplementasian model pembelajaran NHT
dengan metode Arjuna sebagai berikut. Kegiatan awal ada 5 langkah. Kegiatan
inti ada 6 langkah. Kegiatan penutup ada 4 langkah.
Ada lima langkah kegiatan
awal. (1) Siswa memberikan salam. (2) Siswa (ketua kelas) menyampaikan jumlah
temannya yang hadir. (3) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran dan cakupan
materi pembelajaran. (4) Siswa membentuk kelompok diskusi.(5) Siswa menerima
label nomor untuk dipasang pada dadanya.
Ada enam langkah
kegiatan inti. (1) Amati (A) yaitu siswa mengamati penjelasan guru tentang
langkah-langkah mengerjakan tugas. (2) Reaksi (R) yaitu siswa memberikan reaksi
terhadap penjelasan jika ada hal yang belum dipahami dengan cara bertanya. (3)
Jurnal (J) yaitu siswa mencatat langkah-langkah mengerjakan tugas. (4) Unjuk
kerja (U) yaitu setelah menerima LKS dan undian terkait dengan soal nomor
berapa yang menjadi tugas untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok, siswa
dengan kelompoknya mengerjakannya. (5) Nutrisi (N) yaitu siswa dapat bertanya
kembali pada guru tentang penerapan teori terkait dengan tugas yang dikerjakan,
tetapi belum dipahami. (6) Aplikasi (A) yaitu siswa bersama kelompoknya disuruh
melanjutkan mengerjakan tugas sesuai dengan penerapan teori yang telah didapat.
Ada empat langkah
kegiatan penutup. (1) Siswa bersama kelompoknya menyimpulkan materi
pembelajaran. (2) Siswa mendengarkan penjelasan guru yang sifatnya memberikan
penguatan. (3) Siswa mendengarkan informasi tentang materi pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya. (4) Siswa menyampaikan salam penutup.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan termasuk
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, sesuai rancangan penelitian tindakan Model Kemmis & Taggart (1988). Subyek penelitian yaitu siswa Kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015
yang berjumlah 11 orang. Objek penelitian adalah pengimplementasian model
pembelajaran tipe NHT dengan metode
Arjuna dalam proses pembelajaran.
Data penelitian ini dIkumpulkan dengan metode
observasi dan metode tes. Metode
observasi digunakan untuk pengumpulan data aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Metode tes digunakan untuk pengumpulan data prestasi belajar siswa.
Data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran didapat dengan instrumen Lembar Observasi berupa
skala bertingkat dengan 8 aspek yang diamati.
Pengisian lembar observasi disesuikan dengan skala kreteria aktivitas individu.
Skor 4 untuk aktivitas yang dilakukan dengan sangat baik. Skor 3 untuk
aktivitas yang dilakukan dengan baik.
Skor 2 untuk aktivitas yang dilakukan dengan cukup baik. Skor 1 untuk aktivitas yang dilakukan dengan kurang baik. Penentuan persentase aktivitas siswa ini digunakan
rumus sebagai berikut.
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari.
R = Skor mentah yang
diperoleh siswa.
SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap
(Purwanto, 2010 :102)
Kriteria penilaian aktivitas belajar
siswa sebagai berikut.
0% ≤ rata-rata ≤ 25% = aktivitas siswa kurang (kurang aktif)
25% < rata-rata ≤ 50% = aktivitas siswa cukup (cukup aktif)
50% < rata-rata ≤ 75% = aktivitas siswa baik (aktif)
75% < rata-rata ≤ 100% = aktivitas siswa sangat
baik (sangat aktif)
(Safari, 2005: 103)
Dari
kriteria penilaian aktivitas belajar tersebut, penentuan aktivitas belajar
siswa dapat disusun sebagai berikut.
Jika rata-rata skor seluruh siswa 0 – 8 berarti aktivitas
siswa kurang aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 9 – 16 berarti
aktivitas siswa cukup aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 17 – 24 berarti
aktivitas siswa aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 25 – 32 berarti
aktivitas siswa sangat aktif
Selanjutnya, data prestasi belajar didapat dengan instrumen berupa tes
obyektif/pilihan ganda yang berjumlah 10 soal lalu ditentukan nilai rata-rata
hasil tes dan ketuntasan belajar secara klasikal (KB)) dengan rumus sebagai
berikut:
Rumus
untuk nilai rata-rata hasil tes:
Keterangan :
= Nilai rata-rata kelas
= Jumlah nilai siswa
N = Banyaknya siswa
Rumus ketuntasan belajar klasikal dari hasil tes:
Keterangan :
KB = Ketuntasan belajar
T
= Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65.
Tt = Jumlah seluruh siswa
Indikator keberhasilan dalam penelitian kelas
ini yaitu aktivitas siswa dalam kategori cukup aktif, nilai rata-rata kelas 65,
dan ketuntasan belajar klasikal 85%.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada prasiklus, keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Siswa nomor absen 1
memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 2 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 3
memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 4 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 5
memperoleh skor 8. Siswa nomor absen 6 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 7
memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 8 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 9
memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 10
memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 11 memperoleh skor 8. Dengan demikian, keaktifan
siswa dalam mata pelajaran matematika masih
rendah yaitu rata-rata keaktifan siswa secara
klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika bilangan pecahan mencapai 8,81.
Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam kategori kurang aktif.
Berdasarkan data
hasil tes pada prasiklus, prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Tiga
siswa yang belum tuntas dan perlu mendapat remedi yaitu: siswa nomor absen 1
(nilai 45), siswa nomor absen 2 (nilai 55), dan siswa nomor absen 5 (nilai 45).
Delapan siswa yang tuntas sehingga tidak perlu remedi yaitu: siswa nomor absen
3 (nilai 65), siswa nomor absen 4 (nilai 75), siswa nomor absen 6 (nilai 70), siswa
nomor absen 7 (nilai 75), siswa nomor absen 8 (nilai 75), siswa nomor absen 9
(nilai 70), siswa nomor absen 10 (nilai 65), dan siswa nomor absen 11 (nilai 70). Dengan
demikian, nilai rata-rata kelas 64,55
dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 72,73%.
Setelah dilakukan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap prasiklus, aktivitas siswa
akan diupayakan untuk ditingkatkan dengan pemberian motivasi di sela-sela
pembelajaran. Pemberian motivasi belajar lebih diarahkan pada tiga orang yang
belum tuntas.
Pada siklus I,
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai
berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 16. Siswa nomor absen 2 memperoleh
skor 8. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 16. Siswa nomor absen 4 memperoleh
skor 9. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 6 memperoleh
skor 14. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 8 memperoleh
skor 12. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 8. Siswa
nomor absen 11 memperoleh skor 8. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata
pelajaran matematika masih rendah yaitu rata-rata
keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika
bilangan pecahan mencapai 11,09. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam
kategori cukup aktif.
Berdasarkan data
hasil tes pada siklus I, prestasi siswa dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Dua
siswa yang belum tuntas dan perlu mendapat remedi yaitu: siswa nomor absen 1
(nilai 60) dan siswa nomor absen 5 (nilai 60). Sembilan siswa yang tuntas
sehingga tidak perlu remedi yaitu: siswa nomor absen 2 (nilai 65), siswa nomor
absen 3 (nilai 70), siswa nomor absen 4 (nilai 70), siswa nomor absen 6 (nilai
75), siswa nomor absen 7 (nilai 75), siswa nomor absen 8 (nilai 80), siswa
nomor absen 9 (nilai 75), siswa nomor absen 10 (nilai 75), dan siswa nomor absen 11 (nilai 75). Dengan demikian,
nilai rata-rata kelas 70,91 dan
ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai
81,82%.
Setelah dilakukan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap siklus I, aktivitas siswa
akan terus diupayakan untuk ditingkatkan dengan pemberian motivasi di sela-sela
pembelajaran. Pemberian motivasi belajar lebih diarahkan pada dua orang yang
belum tuntas. Prestasi belajar siswa juga akan terus diupayakan untuk
ditingkatkan.
Pada siklus II,
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai
berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 17. Siswa nomor absen 2 memperoleh
skor 11. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 17. Siswa nomor absen 4 memperoleh
skor 9. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 6 memperoleh
skor 15. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 8 memperoleh
skor 12. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 14. Siswa
nomor absen 11 memperoleh skor 11. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata
pelajaran matematika masih rendah yaitu rata-rata
keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika
bilangan pecahan mencapai 12,89. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam
kategori cukup aktif.
Berdasarkan data
hasil tes pada siklus II, prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Semua
siswa tuntas sehingga tidak perlu mendapat remedi. Siswa nomor absen 1 (nilai
75). Siswa nomor absen 2 (nilai 75). Siswa nomor absen 3 (nilai 75). Siswa
nomor absen 4 (nilai 75). Siswa nomor absen 5 (nilai 65). Siswa nomor absen 6
(nilai 75). Siswa nomor absen 7 (nilai 80). Siswa nomor absen 8 (nilai 80). Siswa
nomor absen 9 (nilai 75). Siswa nomor absen 10 (nilai 75). Siswa nomor absen 11
(nilai 75). Dengan demikian, nilai rata-rata kelas 75 dan ketuntasan belajar klasikal telah mencapai 100%.
Setelah dilakukan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap siklus II, ternyata aktivitas
siswa dapat ditingkatkan, tetapi belum optimal karena masih dalam kategori cukup aktif. Walaupun demikian, prestasi
belajar dapat diupayakan untuk ditingkatkan.
Data hasil penelitian
terkait dengan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa jika
dikomparasikan antara tahap prasiklus dan siklus I lalu antara siklus I dan
siklus II, tampak ada peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa belum
optimal karena pada tahap prasiklus dalam kategori kurang aktif sedangkan pada
tahap siklus I dan siklus II masih dalam kategori cukup aktif. Akan tetapi, peningkatan prestasi belajar siswa dapat
dioptimalkan karena peningkatan prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan.
Buktinya, pada tahap prasiklus, nilai rata-rata kelas 64,55 dan ketuntasan belajar klasikal 72,73%. Pada
tahap siklus I, nilai rata-rata kelas 70,91
dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 81,82%. Pada tahap siklus II, nilai rata-rata
kelas 75 dan ketuntasan belajar klasikal
telah mencapai 100%.
Dengan adanya
peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa, pelaksanaan
penelitian tindakan kelas telah berhasil karena melampaui indikator
keberhasilan dalam penelitian. Indikator keberhasilan dalam penelitian kelas ini
yaitu aktivitas siswa dalam kategori cukup aktif, nilai rata-rata kelas 65, dan
ketuntasan belajar klasikal 85%.
Kondisi yang
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar
siswa tentu disebabkan karena pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan
Metode Arjuna dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan. Terjadinya
peningkatan ini sesuai dengan pernyataan Sofyatiningrum (2001: 342) yaitu salah
satu factor eksternal yang memengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor
sekolah, yang mencakup metode pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru.
Selanjutnya, Nasution (2001: 39) menambahkan bahwa salah satu faktor internal
yang menentukan peningkatan prestasi belajar adalah sikap siswa terhadap
kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Dalam hal ini, sikap siswa mengacu pada
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengimplementasian model
pembelajaran NHT dengan metode Arjuna
ternyata dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas
V SD Negeri 7 Gegelang semester genap
tahun pelajaran 2014/2015.
Penutup
Berdasarkan hasil tindakan dan
pembahasan yang dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian model pembelajaran
tipe NHT dengan Metode Arjuna dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
matematika pada siswa kelas
V SD Negeri 7 Gegelang semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Buktinya pada tahap prasiklus ,nilai rata-rata kelas
64,55 dan ketuntasan klasikal 72,73%.
Pada Siklus I, nilai rata-rata kelas
70,91 dan ketuntasan klasikal 81,82%. Pada Siklus II, nilai rata-rata kelas 75
dengan ketuntasan klasikal 100%
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat
disampaikan ada dua. (1) Guru perlu mencoba
mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna
sebagai strategi alternatif dalam
pembelajaran matematika bilangan pecahan. (2) Pengelola sekolah (kepala sekolah dan para wakil kepala
sekolah) perlu memberikan dukungan jika
ada guru mencoba mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT dengan metode
Arjuna sebagai kepedulian guru mewujudkan program sekolah terkait dengan
program pembinaan guru.
Daftar Pustaka
Bloom
B.S, etc. 1971. Handbook on Formative and
Sumative Evaluation of Student Learning.New York : McGraw-Hill Book Co
Kemmis,
W.C & Taggart, R.M. 1988.The Action
Research Planner.GeelongVictoria: DeakinUniversity Press.
Krismanto.
2003. Beberapa Tehnik Model dan strategi Dalam Pembelajaran Matematika PPPG Matematika Yogyakarta.
Nasution, Farid. 2001. Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar
dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Ilmu
Pendidikan. Jilid 8. Nomor 8
Nurhadi.
2004. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapan Dalam KBK ,Penerbit
Universitas Negeri Malang
Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya
Purwanto, Ngalim. 2010. Evaluasi Hasil Belajar
,Yogyakarta ,Penerbit Pustaka Pelajar
Safari. 2005. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian
Berbasis Kompetensi .Jakarta : APSI Pusat.
Sofyatiningrum, Etty. 2001. Pengaruh Umpan Balik Guru Terhadap Siswa dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar di SLTP Muhammaddiyah 22 Pamulang (Studi Kasus). Jurnal Ilmu
Pendidikan No. 030. Tahun ke-7
Sudjana. 2000. Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Sudjana,Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar.Bandung Remaja :
Rosdakarya
Suryabrata, S. 1995. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindi Persada.
Woodworth,
R.S & Marquis, D.G. 1962.psychologi. New
York : Rinehart and Winston
http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-cooeratif-learning-tipe-nht/ Akses: 27 juni 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar