Rabu, 24 Februari 2016

Metode Arjuna dalam Model Pembelajaran Tipe NHT SDN 7 Gegelang Manggis Karangasem Bali





IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN  TIPE NHT   DENGAN

METODE ARJUNA  DALAM  PEMBELAJARAN  MATEMATIKA
UNTUK  MENINGKATKAN  AKTIVITAS  DAN  PRESTASI BELAJAR SISWA
 
oleh
Bangbang Kusuma Jaya, Sang Nyoman
Guru Kelas V SDN 7Gegelang Manggis Karangasem
NIP 19720929 199606 1 002


ABSTRAK
            Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada peningkatan aktivitas dan prestasi belajar  matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 melalui pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dengan Metode Arjuna. Penelitian ini dilakukan mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas dengan rancangan Kemmis dan Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 11 orang. Data aktivitas belajar dikumpulkan dengan metode observasi dan data prestasi belajar siswa diumpulkan dengan metode tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif. Hasil pembelajaran melalui pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dengan Metode Arjuna  (Amati , Reaksi, Jurnal, Unjuk kerja, Nutrisi, Aplikasi) menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Pada tahap prasiklus, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan penugasan. Hasilnya, aktivitas belajar siswa dalam kategori kurang aktif (rata-rata 8,81) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 64,55 dan ketuntasan belajar klasikal 72,73%.  Pada tahap siklus I, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna.  Hasilnya, aktivitas belajar siswa dalam kategori cukup aktif (rata-rata 11,09) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 70,91 dan ketuntasan belajar klasikal 81,82%.  Pada tahap siklus II, kegiatan pembelajaran dilakukan lagi dengan pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna.  Hasilnya, aktivitas belajar siswa masih dalam kategori cukup aktif (rata-rata 12,81) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 75 dan ketuntasan belajar klasikal 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT  dengan metode Arjuna dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan, aktivitas dan prestasi belajar matematika bilangan pecahan pada siswa V SD Negeri 7 Gegelang semester genap tahun pelajaran 2014/2015  ada peningkatan.
Kata Kunci: model pembelajaran tipe  NHT, metode Arjuna, aktifitas belajar siswa,  prestasi belajar siswa.


IMPLEMENTATION OF LEARNING MODEL WITH TYPE NHT
Arjuna METHOD IN LEARNING MATHEMATICS
ACTIVITIES TO IMPROVE STUDENT LEARNING AND ACHIEVEMENT

by
Bangbang Kusuma Jaya, Sang Nyoman
Teacher Class V SDN 7Gegelang Manggis, Karangasem
NIP 19720929 199606 1002
Email: Sbangbang09@gmail.com



ABSTRACT

This classroom action research was conducted in order to determine whether or not there is an increase in activity and learning achievement fractions in fifth grade students of SD Negeri 7 Gegelang in the second semester of academic year 2014/2015 through the implementation of learning model NHT (Numbered Head Together) Method Arjuna. This study was carried out following the procedure of action research to design Kemmis and Taggart. The subjects were students of class V Elementary School 7 Gegelang in the second semester of academic year 2014/2015 as many as 11 people. Learning activity data collected by observation and data diumpulkan student achievement with test method. Data were analyzed with descriptive quantitative method. Learning outcomes through the implementation of learning model NHT (Numbered Head Together) Method Arjuna (Observe, Reaction, Journal, Performance, Nutrition, Applications) showed an increase in activity and learning achievement fractions in fifth grade students of SD Negeri 7 Gegelang semester even the school year 2014/2015. Prasiklus on stage, learning activities carried out by the method of lectures and assignments. As a result, student learning activities in a less active categories (average 8.81) and student achievement that is the average value of class 64.55 and 72.73% classical learning completeness. At this stage of the first cycle, the learning activities carried out by implementing the learning model NHT methods Arjuna. As a result, the learning activities of students in the category of moderately active (average 11.09) and student achievement that is the average value of class 70.91 and 81.82% classical learning completeness. At this stage of the second cycle, the learning activities carried out again by implementing the learning model NHT methods Arjuna. As a result, the learning activities of students are still in the category of moderately active (average 12.81) and student achievement that is the average value of grade 75 and classical learning completeness 100%. Based on these results it can be said that the implementation of the learning model NHT with Arjuna method in mathematics learning fractions, activity and learning achievement fractions on students V Elementary School 7 Gegelang semester 2014/2015 school year there is an increase.
Keywords: NHT learning models, methods Arjuna, activities of student learning, student achievement.

Pendahuluan
Fungsi matematika SD adalah untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, geopmetri, dan pengolahan data. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat atau persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Oleh karena itu, perolehan nilai matematika menjadi tolak ukur kualitas sekolah itu sendiri.
Kenyataannya, pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa SD masih menjadi mata pelajaran yang kurang diminati. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika dapat dilihat dari kurang aktif  siswa dalam mengikuti pelajaran matematika (berdasarkan hasil observasi). Dampak nyata yang dapat dilihat dari kurang aktifnya siswa dalam belajar matematika adalah prestasi belajar matematika siswa cenderung berada di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan sekolah. Berdasarkan hasil observasi, prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 masih rendah karena nilai rata-rata 64,55 dan ketuntasan klasikal  72,73%.  Padahal, KKM matematika yang ditetapkan pihak sekolah adalah nilai rata-rata 65 dan ketuntasan klasikal 85%.
Masih rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika (Suryabrata (1995:250-254), Sudjana (2000:34-42), dan Purwanto (2000:106-107). Aktivitas ini tentu ada kaitannya dengan  implementasi model dan  metode pembelajaran guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Woodworth dan Marquis (1962:58) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Bloom (1971:7) mengungkapkan, prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Nasution (2001:439) prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru.
Sehubungan dengan rendahnya aktivitas siswa dan prestasi belajar dalam pembelajaran matematika, peneliti tertarik untuk mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT(Numbered Head Together) dengan metode Arjuna pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Dengan demikian, tujuan penelitian ada dua. (1) Untuk mengetahui ada atau tidak ada peningkatan aktivitas belajar  matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. (2) Untuk mengetahui ada atau tidak ada peningkatan prestasi belajar  matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
Manfaat penelitian ini bagi guru dan calon guru yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan strategi alternatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran matematika sehingga ada peningkatan baik aktivitas belajar siswa maupun prestasi belajar siswa. Selanjutnya, bagi pengelola sekolah (kepala sekolah dan wakil kepala sekola), hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam pembinaan pada guru terkait pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan metode Arjuna.
Menurut Kagan (dalam Nurhadi, 2004: 66), langkah-langkah  model pembelajaran tipe NHT ada enam. (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi. (2) Siswa diberikan nomor dada sehingga setiap siswa memiliki nomor yang berbeda pada setiap kelompok diskusi. (3) Siswa menerima kuis atau pertanyaan dari guru. (4) Siswa berpikir bersama (head together) untuk menjawab kuis/pertanyaan guru lalu mendiskusikan. (5)Guru menunjuk siswa dengan menyebutkan nomor dada dan tiap siswa yang memiliki nomor dada yang sama mengacungkan tangan untuk menjawab kuis/pertanyaan.
Selanjutnya, Krismanto (2003: 56) mengemukakan bahwa langkah-langkah  model pembelajaran tipe NHT ada enam. (1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa  dalam kelompok mendapat nomor. (2) Guru memberikan tugas dan  masing-masing kelompok mengerjakannya. (3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar  dan memastikan  tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya dan mengetahui jawabannya. (4) Guru memanggil salah satu siswa dengan  menyebutkan nomornya dan siswa tersebut  melaporkan  hasil kerja kelompoknya. (5) Guru meminta tanggapan pada siswa dengan cara menyebutkan nomornya.  (6) Guru menyuruh siswa secara berkelompok menyimpulkan materi pembelajaran.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT adalah membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi, memberi nomor dada pada setiap siswa, menjelaskan  materi pembelajaran, memberikan pertanyaan berupa beberapa buah soal, memberikan  kesempatan kepada siswa untuk membahas bersama kelompoknya, memanggil salah satu siswa dengan menyebutkan nomor dadanya untuk melaporkan dan kelompok lain menanggapinya lalu dilanjutkan dengan menyimpulkan materi pembelajaran.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe NHT
A. Kelebihan model pembelajaran kooperat tipe Numbered Heads together:
                 1.      Setiap siswa menjadi siap semua
                 2.      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
                 3.      Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
                 4.      Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
B. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads together:
                 1.      Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
                 2.      Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Model pembelajaran dalam pengimplementasiannya perlu juga dipadukan dengan metode pembelajaran.. Menurut Nasution (2001: 40), metode berkaitan dengan keberhasilan proses belajar mengajar yang hasilnya akan menentukan prestasi yang akan dicapai siswa. Oleh karenanya, keberhasilan suatu metode pembelajaran banyak ditentukan oleh kesungguhan dari guru dalam menerapkan suatu metode pembelajaran di kelas.
Berdasarkan pemahaman peran metode pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa sebagaimana tersebut di atas, peneliti mencoba memadukan model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan. Metode pembelajaran yang peneliti tawarkan (cobakan) diberi nama metode Arjuna. Maksudnya, ada kegiatan Amati, Reaksi, Jurnal, Unjuk kerja, Nutrisi, dan Aplikasi. Harapannya, seperti tokoh Arjuna dalam dunia pewayangan. Arjuna menjadi rebutan para gadis untuk dimiliki, begitu juga matematika menjadi mata pelajaran yang banyak diminati siswa.
Peneliti merancang langkah-langkah pembelajaran dengan pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan metode Arjuna sebagai berikut. Kegiatan awal ada 5 langkah. Kegiatan inti ada 6 langkah. Kegiatan penutup ada 4 langkah.
Ada lima langkah kegiatan awal. (1) Siswa memberikan salam. (2) Siswa (ketua kelas) menyampaikan jumlah temannya yang hadir. (3) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran dan cakupan materi pembelajaran. (4) Siswa membentuk kelompok diskusi.(5) Siswa menerima label nomor untuk dipasang pada dadanya.
Ada enam langkah kegiatan inti. (1) Amati (A) yaitu siswa mengamati penjelasan guru tentang langkah-langkah mengerjakan tugas. (2) Reaksi (R) yaitu siswa memberikan reaksi terhadap penjelasan jika ada hal yang belum dipahami dengan cara bertanya. (3) Jurnal (J) yaitu siswa mencatat langkah-langkah mengerjakan tugas. (4) Unjuk kerja (U) yaitu setelah menerima LKS dan undian terkait dengan soal nomor berapa yang menjadi tugas untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok, siswa dengan kelompoknya mengerjakannya. (5) Nutrisi (N) yaitu siswa dapat bertanya kembali pada guru tentang penerapan teori terkait dengan tugas yang dikerjakan, tetapi belum dipahami. (6) Aplikasi (A) yaitu siswa bersama kelompoknya disuruh melanjutkan mengerjakan tugas sesuai dengan penerapan teori yang telah didapat.
Ada empat langkah kegiatan penutup. (1) Siswa bersama kelompoknya menyimpulkan materi pembelajaran. (2) Siswa mendengarkan penjelasan guru yang sifatnya memberikan penguatan. (3) Siswa mendengarkan informasi tentang materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. (4) Siswa menyampaikan salam penutup.

Metode Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan termasuk penelitian tindakan kelas yang terdiri dari  perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, sesuai rancangan penelitian tindakan Model Kemmis & Taggart (1988).  Subyek penelitian yaitu  siswa Kelas V  SD Negeri 7 Gegelang  pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 11 orang. Objek penelitian adalah pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT  dengan metode Arjuna dalam proses pembelajaran.
Data penelitian ini dIkumpulkan dengan metode observasi dan metode tes.  Metode observasi digunakan untuk pengumpulan data aktivitas siswa dalam pembelajaran. Metode tes digunakan untuk pengumpulan data prestasi belajar siswa.
Data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran didapat dengan instrumen Lembar Observasi berupa skala bertingkat  dengan 8 aspek yang diamati. Pengisian lembar observasi disesuikan dengan skala kreteria aktivitas individu. Skor 4 untuk aktivitas yang dilakukan dengan sangat baik.  Skor 3 untuk aktivitas yang dilakukan dengan baik. Skor 2 untuk aktivitas yang dilakukan dengan cukup baik. Skor 1 untuk aktivitas yang dilakukan dengan kurang baik.  Penentuan persentase aktivitas siswa ini digunakan rumus sebagai berikut. 

                                   

Keterangan:
            NP                    = Nilai persen  yang dicari.
            R                      = Skor mentah yang diperoleh siswa.
            SM                   = Skor maksimum
            100                   = Bilangan tetap
                                                                           (Purwanto, 2010 :102)


Kriteria penilaian aktivitas belajar siswa sebagai berikut.
0% ≤ rata-rata ≤ 25% = aktivitas siswa kurang  (kurang aktif)
25% < rata-rata ≤ 50% = aktivitas siswa cukup  (cukup aktif)
50% < rata-rata ≤ 75% = aktivitas siswa baik  (aktif)
75% < rata-rata ≤ 100% = aktivitas siswa sangat baik  (sangat aktif)
                                                                                (Safari, 2005: 103)

            Dari kriteria penilaian aktivitas belajar tersebut, penentuan aktivitas belajar siswa dapat disusun sebagai berikut.
Jika rata-rata skor seluruh siswa 0 – 8 berarti aktivitas siswa kurang aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 9 – 16 berarti aktivitas siswa cukup aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 17 – 24 berarti aktivitas siswa  aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 25 – 32 berarti aktivitas siswa sangat aktif

Selanjutnya, data prestasi  belajar didapat dengan instrumen berupa tes obyektif/pilihan ganda yang berjumlah 10 soal lalu ditentukan nilai rata-rata hasil tes dan ketuntasan belajar secara klasikal (KB)) dengan rumus sebagai berikut:

Rumus untuk nilai rata-rata hasil tes:
Keterangan  :            = Nilai rata-rata kelas
                          =  Jumlah nilai siswa
                        N          =  Banyaknya siswa  


Rumus ketuntasan belajar klasikal dari hasil tes:


Keterangan :
          KB                      =  Ketuntasan belajar
          T                        =  Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65.
Tt                        =  Jumlah seluruh siswa

          Indikator keberhasilan dalam penelitian kelas ini yaitu aktivitas siswa dalam kategori cukup aktif, nilai rata-rata kelas 65, dan ketuntasan belajar klasikal 85%.

Hasil Penelitian dan Pembahasan  
          Pada prasiklus, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan  sebagai berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 2 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 4 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 8. Siswa nomor absen 6 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 8 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 9.  Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 11 memperoleh skor 8. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata pelajaran matematika  masih rendah yaitu  rata-rata keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika bilangan pecahan mencapai 8,81. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam kategori kurang aktif.
Berdasarkan data hasil tes pada prasiklus, prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran  matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Tiga siswa yang belum tuntas dan perlu mendapat remedi yaitu: siswa nomor absen 1 (nilai 45), siswa nomor absen 2 (nilai 55), dan siswa nomor absen 5 (nilai 45). Delapan siswa yang tuntas sehingga tidak perlu remedi yaitu: siswa nomor absen 3 (nilai 65), siswa nomor absen 4 (nilai 75), siswa nomor absen 6 (nilai 70), siswa nomor absen 7 (nilai 75), siswa nomor absen 8 (nilai 75), siswa nomor absen 9 (nilai 70), siswa nomor absen 10 (nilai 65), dan  siswa nomor absen 11 (nilai 70). Dengan demikian, nilai rata-rata kelas 64,55  dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai  72,73%.
Setelah dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap prasiklus, aktivitas siswa akan diupayakan untuk ditingkatkan dengan pemberian motivasi di sela-sela pembelajaran. Pemberian motivasi belajar lebih diarahkan pada tiga orang yang belum tuntas.
Pada siklus I, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 16. Siswa nomor absen 2 memperoleh skor 8. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 16. Siswa nomor absen 4 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 6 memperoleh skor 14. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 8 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 10.  Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 8. Siswa nomor absen 11 memperoleh skor 8. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata pelajaran matematika  masih rendah yaitu rata-rata keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika bilangan pecahan mencapai 11,09. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam kategori cukup aktif.
Berdasarkan data hasil tes pada siklus I, prestasi siswa dalam pembelajaran  matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Dua siswa yang belum tuntas dan perlu mendapat remedi yaitu: siswa nomor absen 1 (nilai 60) dan siswa nomor absen 5 (nilai 60). Sembilan siswa yang tuntas sehingga tidak perlu remedi yaitu: siswa nomor absen 2 (nilai 65), siswa nomor absen 3 (nilai 70), siswa nomor absen 4 (nilai 70), siswa nomor absen 6 (nilai 75), siswa nomor absen 7 (nilai 75), siswa nomor absen 8 (nilai 80), siswa nomor absen 9 (nilai 75), siswa nomor absen 10 (nilai 75), dan  siswa nomor absen 11 (nilai 75). Dengan demikian, nilai rata-rata kelas 70,91  dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai  81,82%.
Setelah dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap siklus I, aktivitas siswa akan terus diupayakan untuk ditingkatkan dengan pemberian motivasi di sela-sela pembelajaran. Pemberian motivasi belajar lebih diarahkan pada dua orang yang belum tuntas. Prestasi belajar siswa juga akan terus diupayakan untuk ditingkatkan.
Pada siklus II, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 17. Siswa nomor absen 2 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 17. Siswa nomor absen 4 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 6 memperoleh skor 15. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 8 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 11.  Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 14. Siswa nomor absen 11 memperoleh skor 11. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata pelajaran matematika  masih rendah yaitu rata-rata keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika bilangan pecahan mencapai 12,89. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam kategori cukup aktif.
Berdasarkan data hasil tes pada siklus II, prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran  matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Semua siswa tuntas sehingga tidak perlu mendapat remedi. Siswa nomor absen 1 (nilai 75). Siswa nomor absen 2 (nilai 75). Siswa nomor absen 3 (nilai 75). Siswa nomor absen 4 (nilai 75). Siswa nomor absen 5 (nilai 65). Siswa nomor absen 6 (nilai 75). Siswa nomor absen 7 (nilai 80). Siswa nomor absen 8 (nilai 80). Siswa nomor absen 9 (nilai 75). Siswa nomor absen 10 (nilai 75). Siswa nomor absen 11 (nilai 75). Dengan demikian, nilai rata-rata kelas 75  dan ketuntasan belajar klasikal telah mencapai  100%.
Setelah dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap siklus II, ternyata aktivitas siswa dapat ditingkatkan, tetapi belum optimal karena masih dalam kategori cukup aktif. Walaupun demikian, prestasi belajar dapat diupayakan untuk ditingkatkan.
Data hasil penelitian terkait dengan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa jika dikomparasikan antara tahap prasiklus dan siklus I lalu antara siklus I dan siklus II, tampak ada peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa belum optimal karena pada tahap prasiklus dalam kategori kurang aktif sedangkan pada tahap siklus I dan siklus II masih dalam kategori cukup aktif. Akan tetapi, peningkatan prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan karena peningkatan prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan. Buktinya, pada tahap prasiklus, nilai rata-rata kelas 64,55  dan ketuntasan belajar klasikal 72,73%. Pada tahap siklus I, nilai rata-rata kelas 70,91  dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai  81,82%. Pada tahap siklus II, nilai rata-rata kelas 75  dan ketuntasan belajar klasikal telah mencapai  100%.
Dengan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa, pelaksanaan penelitian tindakan kelas telah berhasil karena melampaui indikator keberhasilan dalam penelitian. Indikator keberhasilan dalam penelitian kelas ini yaitu aktivitas siswa dalam kategori cukup aktif, nilai rata-rata kelas 65, dan ketuntasan belajar klasikal 85%.
Kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa tentu disebabkan karena pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan Metode Arjuna dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan. Terjadinya peningkatan ini sesuai dengan pernyataan Sofyatiningrum (2001: 342) yaitu salah satu factor eksternal yang memengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metode pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru. Selanjutnya, Nasution (2001: 39) menambahkan bahwa salah satu faktor internal yang menentukan peningkatan prestasi belajar adalah sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Dalam hal ini, sikap siswa mengacu pada aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan metode Arjuna ternyata dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar   matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7  Gegelang semester genap tahun pelajaran 2014/2015.



Penutup
Berdasarkan hasil tindakan dan  pembahasan yang dilaksanakan  dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian model pembelajaran tipe  NHT dengan Metode Arjuna  dapat  meningkatkan aktivitas dan prestasi  belajar  matematika   pada siswa kelas V  SD Negeri 7  Gegelang semester genap tahun pelajaran  2014/2015. Buktinya pada tahap prasiklus ,nilai rata-rata kelas 64,55 dan ketuntasan klasikal  72,73%. Pada Siklus I, nilai rata-rata  kelas 70,91 dan ketuntasan klasikal 81,82%. Pada Siklus II, nilai rata-rata kelas 75 dengan ketuntasan klasikal 100%
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat disampaikan ada dua. (1) Guru perlu mencoba  mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna sebagai strategi alternatif  dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan. (2) Pengelola  sekolah (kepala sekolah dan para wakil kepala sekolah) perlu memberikan dukungan  jika ada guru mencoba mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna sebagai kepedulian guru mewujudkan program sekolah terkait dengan program pembinaan guru.

Daftar Pustaka
Bloom B.S, etc. 1971. Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning.New York : McGraw-Hill Book Co

Kemmis, W.C & Taggart, R.M. 1988.The Action Research Planner.GeelongVictoria: DeakinUniversity Press.

Krismanto. 2003. Beberapa Tehnik Model dan strategi Dalam Pembelajaran Matematika  PPPG Matematika Yogyakarta.

Nasution, Farid. 2001. Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 8. Nomor 8

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapan Dalam KBK ,Penerbit Universitas Negeri Malang

Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya

Purwanto, Ngalim. 2010. Evaluasi Hasil Belajar ,Yogyakarta ,Penerbit Pustaka Pelajar

Safari. 2005. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi .Jakarta : APSI Pusat.

Sofyatiningrum, Etty. 2001. Pengaruh Umpan Balik Guru Terhadap Siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar di SLTP Muhammaddiyah 22 Pamulang (Studi Kasus). Jurnal Ilmu Pendidikan No. 030. Tahun ke-7

Sudjana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Sudjana,Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung Remaja :   
                       Rosdakarya

Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindi Persada.

Woodworth, R.S & Marquis, D.G. 1962.psychologi. New York : Rinehart and Winston

 







IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN  TIPE NHT   DENGAN
METODE ARJUNA  DALAM  PEMBELAJARAN  MATEMATIKA
UNTUK  MENINGKATKAN  AKTIVITAS  DAN  PRESTASI BELAJAR SISWA
 
oleh
Bangbang Kusuma Jaya, Sang Nyoman
Guru Kelas V SDN 7Gegelang Manggis Karangasem
NIP 19720929 199606 1 002


ABSTRAK
            Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada peningkatan aktivitas dan prestasi belajar  matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 melalui pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dengan Metode Arjuna. Penelitian ini dilakukan mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas dengan rancangan Kemmis dan Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 11 orang. Data aktivitas belajar dikumpulkan dengan metode observasi dan data prestasi belajar siswa diumpulkan dengan metode tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif. Hasil pembelajaran melalui pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dengan Metode Arjuna  (Amati , Reaksi, Jurnal, Unjuk kerja, Nutrisi, Aplikasi) menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Pada tahap prasiklus, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan penugasan. Hasilnya, aktivitas belajar siswa dalam kategori kurang aktif (rata-rata 8,81) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 64,55 dan ketuntasan belajar klasikal 72,73%.  Pada tahap siklus I, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna.  Hasilnya, aktivitas belajar siswa dalam kategori cukup aktif (rata-rata 11,09) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 70,91 dan ketuntasan belajar klasikal 81,82%.  Pada tahap siklus II, kegiatan pembelajaran dilakukan lagi dengan pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna.  Hasilnya, aktivitas belajar siswa masih dalam kategori cukup aktif (rata-rata 12,81) dan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas 75 dan ketuntasan belajar klasikal 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT  dengan metode Arjuna dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan, aktivitas dan prestasi belajar matematika bilangan pecahan pada siswa V SD Negeri 7 Gegelang semester genap tahun pelajaran 2014/2015  ada peningkatan.
Kata Kunci: model pembelajaran tipe  NHT, metode Arjuna, aktifitas belajar siswa,  prestasi belajar siswa.


IMPLEMENTATION OF LEARNING MODEL WITH TYPE NHT
Arjuna METHOD IN LEARNING MATHEMATICS
ACTIVITIES TO IMPROVE STUDENT LEARNING AND ACHIEVEMENT

by
Bangbang Kusuma Jaya, Sang Nyoman
Teacher Class V SDN 7Gegelang Manggis, Karangasem
NIP 19720929 199606 1002
Email: Sbangbang09@gmail.com



ABSTRACT

This classroom action research was conducted in order to determine whether or not there is an increase in activity and learning achievement fractions in fifth grade students of SD Negeri 7 Gegelang in the second semester of academic year 2014/2015 through the implementation of learning model NHT (Numbered Head Together) Method Arjuna. This study was carried out following the procedure of action research to design Kemmis and Taggart. The subjects were students of class V Elementary School 7 Gegelang in the second semester of academic year 2014/2015 as many as 11 people. Learning activity data collected by observation and data diumpulkan student achievement with test method. Data were analyzed with descriptive quantitative method. Learning outcomes through the implementation of learning model NHT (Numbered Head Together) Method Arjuna (Observe, Reaction, Journal, Performance, Nutrition, Applications) showed an increase in activity and learning achievement fractions in fifth grade students of SD Negeri 7 Gegelang semester even the school year 2014/2015. Prasiklus on stage, learning activities carried out by the method of lectures and assignments. As a result, student learning activities in a less active categories (average 8.81) and student achievement that is the average value of class 64.55 and 72.73% classical learning completeness. At this stage of the first cycle, the learning activities carried out by implementing the learning model NHT methods Arjuna. As a result, the learning activities of students in the category of moderately active (average 11.09) and student achievement that is the average value of class 70.91 and 81.82% classical learning completeness. At this stage of the second cycle, the learning activities carried out again by implementing the learning model NHT methods Arjuna. As a result, the learning activities of students are still in the category of moderately active (average 12.81) and student achievement that is the average value of grade 75 and classical learning completeness 100%. Based on these results it can be said that the implementation of the learning model NHT with Arjuna method in mathematics learning fractions, activity and learning achievement fractions on students V Elementary School 7 Gegelang semester 2014/2015 school year there is an increase.
Keywords: NHT learning models, methods Arjuna, activities of student learning, student achievement.

Pendahuluan
Fungsi matematika SD adalah untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, geopmetri, dan pengolahan data. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat atau persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Oleh karena itu, perolehan nilai matematika menjadi tolak ukur kualitas sekolah itu sendiri.
Kenyataannya, pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa SD masih menjadi mata pelajaran yang kurang diminati. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika dapat dilihat dari kurang aktif  siswa dalam mengikuti pelajaran matematika (berdasarkan hasil observasi). Dampak nyata yang dapat dilihat dari kurang aktifnya siswa dalam belajar matematika adalah prestasi belajar matematika siswa cenderung berada di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan sekolah. Berdasarkan hasil observasi, prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 masih rendah karena nilai rata-rata 64,55 dan ketuntasan klasikal  72,73%.  Padahal, KKM matematika yang ditetapkan pihak sekolah adalah nilai rata-rata 65 dan ketuntasan klasikal 85%.
Masih rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika (Suryabrata (1995:250-254), Sudjana (2000:34-42), dan Purwanto (2000:106-107). Aktivitas ini tentu ada kaitannya dengan  implementasi model dan  metode pembelajaran guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Woodworth dan Marquis (1962:58) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Bloom (1971:7) mengungkapkan, prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Nasution (2001:439) prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru.
Sehubungan dengan rendahnya aktivitas siswa dan prestasi belajar dalam pembelajaran matematika, peneliti tertarik untuk mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT(Numbered Head Together) dengan metode Arjuna pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Dengan demikian, tujuan penelitian ada dua. (1) Untuk mengetahui ada atau tidak ada peningkatan aktivitas belajar  matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. (2) Untuk mengetahui ada atau tidak ada peningkatan prestasi belajar  matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7 Gegelang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
Manfaat penelitian ini bagi guru dan calon guru yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan strategi alternatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran matematika sehingga ada peningkatan baik aktivitas belajar siswa maupun prestasi belajar siswa. Selanjutnya, bagi pengelola sekolah (kepala sekolah dan wakil kepala sekola), hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam pembinaan pada guru terkait pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan metode Arjuna.
Menurut Kagan (dalam Nurhadi, 2004: 66), langkah-langkah  model pembelajaran tipe NHT ada enam. (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi. (2) Siswa diberikan nomor dada sehingga setiap siswa memiliki nomor yang berbeda pada setiap kelompok diskusi. (3) Siswa menerima kuis atau pertanyaan dari guru. (4) Siswa berpikir bersama (head together) untuk menjawab kuis/pertanyaan guru lalu mendiskusikan. (5)Guru menunjuk siswa dengan menyebutkan nomor dada dan tiap siswa yang memiliki nomor dada yang sama mengacungkan tangan untuk menjawab kuis/pertanyaan.
Selanjutnya, Krismanto (2003: 56) mengemukakan bahwa langkah-langkah  model pembelajaran tipe NHT ada enam. (1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa  dalam kelompok mendapat nomor. (2) Guru memberikan tugas dan  masing-masing kelompok mengerjakannya. (3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar  dan memastikan  tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya dan mengetahui jawabannya. (4) Guru memanggil salah satu siswa dengan  menyebutkan nomornya dan siswa tersebut  melaporkan  hasil kerja kelompoknya. (5) Guru meminta tanggapan pada siswa dengan cara menyebutkan nomornya.  (6) Guru menyuruh siswa secara berkelompok menyimpulkan materi pembelajaran.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT adalah membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi, memberi nomor dada pada setiap siswa, menjelaskan  materi pembelajaran, memberikan pertanyaan berupa beberapa buah soal, memberikan  kesempatan kepada siswa untuk membahas bersama kelompoknya, memanggil salah satu siswa dengan menyebutkan nomor dadanya untuk melaporkan dan kelompok lain menanggapinya lalu dilanjutkan dengan menyimpulkan materi pembelajaran.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe NHT
A. Kelebihan model pembelajaran kooperat tipe Numbered Heads together:
                 1.      Setiap siswa menjadi siap semua
                 2.      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
                 3.      Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
                 4.      Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
B. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads together:
                 1.      Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
                 2.      Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Model pembelajaran dalam pengimplementasiannya perlu juga dipadukan dengan metode pembelajaran.. Menurut Nasution (2001: 40), metode berkaitan dengan keberhasilan proses belajar mengajar yang hasilnya akan menentukan prestasi yang akan dicapai siswa. Oleh karenanya, keberhasilan suatu metode pembelajaran banyak ditentukan oleh kesungguhan dari guru dalam menerapkan suatu metode pembelajaran di kelas.
Berdasarkan pemahaman peran metode pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa sebagaimana tersebut di atas, peneliti mencoba memadukan model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan. Metode pembelajaran yang peneliti tawarkan (cobakan) diberi nama metode Arjuna. Maksudnya, ada kegiatan Amati, Reaksi, Jurnal, Unjuk kerja, Nutrisi, dan Aplikasi. Harapannya, seperti tokoh Arjuna dalam dunia pewayangan. Arjuna menjadi rebutan para gadis untuk dimiliki, begitu juga matematika menjadi mata pelajaran yang banyak diminati siswa.
Peneliti merancang langkah-langkah pembelajaran dengan pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan metode Arjuna sebagai berikut. Kegiatan awal ada 5 langkah. Kegiatan inti ada 6 langkah. Kegiatan penutup ada 4 langkah.
Ada lima langkah kegiatan awal. (1) Siswa memberikan salam. (2) Siswa (ketua kelas) menyampaikan jumlah temannya yang hadir. (3) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran dan cakupan materi pembelajaran. (4) Siswa membentuk kelompok diskusi.(5) Siswa menerima label nomor untuk dipasang pada dadanya.
Ada enam langkah kegiatan inti. (1) Amati (A) yaitu siswa mengamati penjelasan guru tentang langkah-langkah mengerjakan tugas. (2) Reaksi (R) yaitu siswa memberikan reaksi terhadap penjelasan jika ada hal yang belum dipahami dengan cara bertanya. (3) Jurnal (J) yaitu siswa mencatat langkah-langkah mengerjakan tugas. (4) Unjuk kerja (U) yaitu setelah menerima LKS dan undian terkait dengan soal nomor berapa yang menjadi tugas untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok, siswa dengan kelompoknya mengerjakannya. (5) Nutrisi (N) yaitu siswa dapat bertanya kembali pada guru tentang penerapan teori terkait dengan tugas yang dikerjakan, tetapi belum dipahami. (6) Aplikasi (A) yaitu siswa bersama kelompoknya disuruh melanjutkan mengerjakan tugas sesuai dengan penerapan teori yang telah didapat.
Ada empat langkah kegiatan penutup. (1) Siswa bersama kelompoknya menyimpulkan materi pembelajaran. (2) Siswa mendengarkan penjelasan guru yang sifatnya memberikan penguatan. (3) Siswa mendengarkan informasi tentang materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. (4) Siswa menyampaikan salam penutup.

Metode Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan termasuk penelitian tindakan kelas yang terdiri dari  perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, sesuai rancangan penelitian tindakan Model Kemmis & Taggart (1988).  Subyek penelitian yaitu  siswa Kelas V  SD Negeri 7 Gegelang  pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 11 orang. Objek penelitian adalah pengimplementasian model pembelajaran tipe NHT  dengan metode Arjuna dalam proses pembelajaran.
Data penelitian ini dIkumpulkan dengan metode observasi dan metode tes.  Metode observasi digunakan untuk pengumpulan data aktivitas siswa dalam pembelajaran. Metode tes digunakan untuk pengumpulan data prestasi belajar siswa.
Data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran didapat dengan instrumen Lembar Observasi berupa skala bertingkat  dengan 8 aspek yang diamati. Pengisian lembar observasi disesuikan dengan skala kreteria aktivitas individu. Skor 4 untuk aktivitas yang dilakukan dengan sangat baik.  Skor 3 untuk aktivitas yang dilakukan dengan baik. Skor 2 untuk aktivitas yang dilakukan dengan cukup baik. Skor 1 untuk aktivitas yang dilakukan dengan kurang baik.  Penentuan persentase aktivitas siswa ini digunakan rumus sebagai berikut. 

                                   

Keterangan:
            NP                    = Nilai persen  yang dicari.
            R                      = Skor mentah yang diperoleh siswa.
            SM                   = Skor maksimum
            100                   = Bilangan tetap
                                                                           (Purwanto, 2010 :102)


Kriteria penilaian aktivitas belajar siswa sebagai berikut.
0% ≤ rata-rata ≤ 25% = aktivitas siswa kurang  (kurang aktif)
25% < rata-rata ≤ 50% = aktivitas siswa cukup  (cukup aktif)
50% < rata-rata ≤ 75% = aktivitas siswa baik  (aktif)
75% < rata-rata ≤ 100% = aktivitas siswa sangat baik  (sangat aktif)
                                                                                (Safari, 2005: 103)

            Dari kriteria penilaian aktivitas belajar tersebut, penentuan aktivitas belajar siswa dapat disusun sebagai berikut.
Jika rata-rata skor seluruh siswa 0 – 8 berarti aktivitas siswa kurang aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 9 – 16 berarti aktivitas siswa cukup aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 17 – 24 berarti aktivitas siswa  aktif
Jika rata-rata skor seluruh siswa 25 – 32 berarti aktivitas siswa sangat aktif

Selanjutnya, data prestasi  belajar didapat dengan instrumen berupa tes obyektif/pilihan ganda yang berjumlah 10 soal lalu ditentukan nilai rata-rata hasil tes dan ketuntasan belajar secara klasikal (KB)) dengan rumus sebagai berikut:

Rumus untuk nilai rata-rata hasil tes:
Keterangan  :            = Nilai rata-rata kelas
                          =  Jumlah nilai siswa
                        N          =  Banyaknya siswa  


Rumus ketuntasan belajar klasikal dari hasil tes:


Keterangan :
          KB                      =  Ketuntasan belajar
          T                        =  Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65.
Tt                        =  Jumlah seluruh siswa

          Indikator keberhasilan dalam penelitian kelas ini yaitu aktivitas siswa dalam kategori cukup aktif, nilai rata-rata kelas 65, dan ketuntasan belajar klasikal 85%.

Hasil Penelitian dan Pembahasan  
          Pada prasiklus, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan  sebagai berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 2 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 4 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 8. Siswa nomor absen 6 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 8 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 9.  Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 7. Siswa nomor absen 11 memperoleh skor 8. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata pelajaran matematika  masih rendah yaitu  rata-rata keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika bilangan pecahan mencapai 8,81. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam kategori kurang aktif.
Berdasarkan data hasil tes pada prasiklus, prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran  matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Tiga siswa yang belum tuntas dan perlu mendapat remedi yaitu: siswa nomor absen 1 (nilai 45), siswa nomor absen 2 (nilai 55), dan siswa nomor absen 5 (nilai 45). Delapan siswa yang tuntas sehingga tidak perlu remedi yaitu: siswa nomor absen 3 (nilai 65), siswa nomor absen 4 (nilai 75), siswa nomor absen 6 (nilai 70), siswa nomor absen 7 (nilai 75), siswa nomor absen 8 (nilai 75), siswa nomor absen 9 (nilai 70), siswa nomor absen 10 (nilai 65), dan  siswa nomor absen 11 (nilai 70). Dengan demikian, nilai rata-rata kelas 64,55  dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai  72,73%.
Setelah dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap prasiklus, aktivitas siswa akan diupayakan untuk ditingkatkan dengan pemberian motivasi di sela-sela pembelajaran. Pemberian motivasi belajar lebih diarahkan pada tiga orang yang belum tuntas.
Pada siklus I, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 16. Siswa nomor absen 2 memperoleh skor 8. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 16. Siswa nomor absen 4 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 6 memperoleh skor 14. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 10. Siswa nomor absen 8 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 10.  Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 8. Siswa nomor absen 11 memperoleh skor 8. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata pelajaran matematika  masih rendah yaitu rata-rata keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika bilangan pecahan mencapai 11,09. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam kategori cukup aktif.
Berdasarkan data hasil tes pada siklus I, prestasi siswa dalam pembelajaran  matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Dua siswa yang belum tuntas dan perlu mendapat remedi yaitu: siswa nomor absen 1 (nilai 60) dan siswa nomor absen 5 (nilai 60). Sembilan siswa yang tuntas sehingga tidak perlu remedi yaitu: siswa nomor absen 2 (nilai 65), siswa nomor absen 3 (nilai 70), siswa nomor absen 4 (nilai 70), siswa nomor absen 6 (nilai 75), siswa nomor absen 7 (nilai 75), siswa nomor absen 8 (nilai 80), siswa nomor absen 9 (nilai 75), siswa nomor absen 10 (nilai 75), dan  siswa nomor absen 11 (nilai 75). Dengan demikian, nilai rata-rata kelas 70,91  dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai  81,82%.
Setelah dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap siklus I, aktivitas siswa akan terus diupayakan untuk ditingkatkan dengan pemberian motivasi di sela-sela pembelajaran. Pemberian motivasi belajar lebih diarahkan pada dua orang yang belum tuntas. Prestasi belajar siswa juga akan terus diupayakan untuk ditingkatkan.
Pada siklus II, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Siswa nomor absen 1 memperoleh skor 17. Siswa nomor absen 2 memperoleh skor 11. Siswa nomor absen 3 memperoleh skor 17. Siswa nomor absen 4 memperoleh skor 9. Siswa nomor absen 5 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 6 memperoleh skor 15. Siswa nomor absen 7 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 8 memperoleh skor 12. Siswa nomor absen 9 memperoleh skor 11.  Siswa nomor absen 10 memperoleh skor 14. Siswa nomor absen 11 memperoleh skor 11. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam mata pelajaran matematika  masih rendah yaitu rata-rata keaktifan siswa secara klasikal dalam mengikuti pembelajaran matematika bilangan pecahan mencapai 12,89. Hal ini berarti aktivitas belajar siswa dalam kategori cukup aktif.
Berdasarkan data hasil tes pada siklus II, prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran  matematika bilangan pecahan sebagai berikut. Semua siswa tuntas sehingga tidak perlu mendapat remedi. Siswa nomor absen 1 (nilai 75). Siswa nomor absen 2 (nilai 75). Siswa nomor absen 3 (nilai 75). Siswa nomor absen 4 (nilai 75). Siswa nomor absen 5 (nilai 65). Siswa nomor absen 6 (nilai 75). Siswa nomor absen 7 (nilai 80). Siswa nomor absen 8 (nilai 80). Siswa nomor absen 9 (nilai 75). Siswa nomor absen 10 (nilai 75). Siswa nomor absen 11 (nilai 75). Dengan demikian, nilai rata-rata kelas 75  dan ketuntasan belajar klasikal telah mencapai  100%.
Setelah dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada tahap siklus II, ternyata aktivitas siswa dapat ditingkatkan, tetapi belum optimal karena masih dalam kategori cukup aktif. Walaupun demikian, prestasi belajar dapat diupayakan untuk ditingkatkan.
Data hasil penelitian terkait dengan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa jika dikomparasikan antara tahap prasiklus dan siklus I lalu antara siklus I dan siklus II, tampak ada peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa belum optimal karena pada tahap prasiklus dalam kategori kurang aktif sedangkan pada tahap siklus I dan siklus II masih dalam kategori cukup aktif. Akan tetapi, peningkatan prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan karena peningkatan prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan. Buktinya, pada tahap prasiklus, nilai rata-rata kelas 64,55  dan ketuntasan belajar klasikal 72,73%. Pada tahap siklus I, nilai rata-rata kelas 70,91  dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai  81,82%. Pada tahap siklus II, nilai rata-rata kelas 75  dan ketuntasan belajar klasikal telah mencapai  100%.
Dengan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa, pelaksanaan penelitian tindakan kelas telah berhasil karena melampaui indikator keberhasilan dalam penelitian. Indikator keberhasilan dalam penelitian kelas ini yaitu aktivitas siswa dalam kategori cukup aktif, nilai rata-rata kelas 65, dan ketuntasan belajar klasikal 85%.
Kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa tentu disebabkan karena pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan Metode Arjuna dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan. Terjadinya peningkatan ini sesuai dengan pernyataan Sofyatiningrum (2001: 342) yaitu salah satu factor eksternal yang memengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metode pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru. Selanjutnya, Nasution (2001: 39) menambahkan bahwa salah satu faktor internal yang menentukan peningkatan prestasi belajar adalah sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Dalam hal ini, sikap siswa mengacu pada aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengimplementasian model pembelajaran NHT dengan metode Arjuna ternyata dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar   matematika bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 7  Gegelang semester genap tahun pelajaran 2014/2015.



Penutup
Berdasarkan hasil tindakan dan  pembahasan yang dilaksanakan  dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian model pembelajaran tipe  NHT dengan Metode Arjuna  dapat  meningkatkan aktivitas dan prestasi  belajar  matematika   pada siswa kelas V  SD Negeri 7  Gegelang semester genap tahun pelajaran  2014/2015. Buktinya pada tahap prasiklus ,nilai rata-rata kelas 64,55 dan ketuntasan klasikal  72,73%. Pada Siklus I, nilai rata-rata  kelas 70,91 dan ketuntasan klasikal 81,82%. Pada Siklus II, nilai rata-rata kelas 75 dengan ketuntasan klasikal 100%
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat disampaikan ada dua. (1) Guru perlu mencoba  mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna sebagai strategi alternatif  dalam pembelajaran matematika bilangan pecahan. (2) Pengelola  sekolah (kepala sekolah dan para wakil kepala sekolah) perlu memberikan dukungan  jika ada guru mencoba mengimplementasikan model pembelajaran tipe NHT dengan metode Arjuna sebagai kepedulian guru mewujudkan program sekolah terkait dengan program pembinaan guru.

Daftar Pustaka
Bloom B.S, etc. 1971. Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning.New York : McGraw-Hill Book Co

Kemmis, W.C & Taggart, R.M. 1988.The Action Research Planner.GeelongVictoria: DeakinUniversity Press.

Krismanto. 2003. Beberapa Tehnik Model dan strategi Dalam Pembelajaran Matematika  PPPG Matematika Yogyakarta.

Nasution, Farid. 2001. Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 8. Nomor 8

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapan Dalam KBK ,Penerbit Universitas Negeri Malang

Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya

Purwanto, Ngalim. 2010. Evaluasi Hasil Belajar ,Yogyakarta ,Penerbit Pustaka Pelajar

Safari. 2005. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi .Jakarta : APSI Pusat.

Sofyatiningrum, Etty. 2001. Pengaruh Umpan Balik Guru Terhadap Siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar di SLTP Muhammaddiyah 22 Pamulang (Studi Kasus). Jurnal Ilmu Pendidikan No. 030. Tahun ke-7

Sudjana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Sudjana,Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung Remaja :   
                       Rosdakarya

Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindi Persada.

Woodworth, R.S & Marquis, D.G. 1962.psychologi. New York : Rinehart and Winston




Tidak ada komentar:

Posting Komentar